Saraf Yang Terganggu Bisa Bikin Nyeri Tubuh Tak Kunjung Hilang

Selasa, 21 Oktober 2025 | 09:40:57 WIB
Saraf Yang Terganggu Bisa Bikin Nyeri Tubuh Tak Kunjung Hilang

JAKARTA - Banyak orang mengira bahwa penyebab utama nyeri otot dan cedera yang tak kunjung pulih terletak pada kelemahan otot. 

Namun, menurut para ahli neurologi, sumber permasalahan justru sering kali berasal dari sistem saraf yang terganggu. Hal tersebut diungkapkan oleh Dokter Spesialis Neurologi, dr. Irca Ahyar, Sp.N., DFIDN, dalam acara DRI Community Day yang digelar di Bintaro.

Menurut dr. Irca, kesalahan yang sering dilakukan dalam penanganan cedera adalah terapi yang terlalu berfokus pada otot, sementara jalur saraf diabaikan. 

“Pasien sering datang dengan keluhan yang sama, padahal sudah fisioterapi, stretching, atau bahkan istirahat cukup. Tapi nyerinya muncul lagi. Itu tandanya ada sinyal dari sistem saraf yang tidak seimbang. Ototnya tidak salah, tapi sarafnya yang belum pulih,” ujarnya.

Ia menjelaskan bahwa sistem saraf merupakan pusat komunikasi antara otak dan otot. Ketika jalur saraf mengalami gangguan, pesan dari otak tidak tersampaikan dengan baik, menyebabkan otot terasa tegang, lemah, atau nyeri meski secara struktur tidak ada kerusakan. 

“Saraf adalah kabel utama tubuh kita. Kalau kabelnya bermasalah, maka seluruh sistem tidak bisa berjalan normal,” kata dr. Irca menegaskan.

Pemulihan Efektif Dimulai dari Akar Masalah

Pendekatan neurologi menempatkan saraf sebagai titik awal penyembuhan. Menurut dr. Irca, banyak terapi konvensional yang hanya memperbaiki gejala tanpa memahami penyebab utamanya. 

“Kalau hanya menambal gejala tanpa memperbaiki sistem saraf, hasilnya seperti menambal ban tanpa mencari paku penyebabnya, cepat bocor lagi,” tuturnya.

Ia menambahkan bahwa setiap individu memiliki respons tubuh yang berbeda terhadap cedera. Karena itu, terapi sebaiknya bersifat personal dan berdasarkan pemetaan hubungan antara otak, saraf, serta otot. 

“Kami ingin pasien tahu apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh mereka. Kalau pasien paham sumber nyerinya, mereka bisa pulih lebih cepat dan mencegah cedera berulang,” ujarnya.

Pendekatan ini menekankan pentingnya melihat tubuh secara menyeluruh, bukan hanya berfokus pada bagian yang terasa sakit. Dalam banyak kasus, gangguan pada satu titik saraf dapat memengaruhi fungsi otot di area lain. 

Oleh karena itu, penanganan yang tepat harus dilakukan dari akar permasalahan, bukan sekadar menenangkan rasa nyeri sementara.

Membedakan Nyeri Otot dan Nyeri Saraf

Dr. Irca menegaskan pentingnya memahami jenis nyeri yang dirasakan agar penanganan tidak salah arah. “Nyeri otot biasanya terasa pegal atau tegang setelah aktivitas fisik. Tapi kalau nyerinya menusuk, menjalar, atau muncul tanpa sebab jelas, besar kemungkinan sumbernya ada di saraf,” jelasnya.

Ia mengingatkan bahwa proses penyembuhan saraf tidak secepat pemulihan otot. Regenerasi jaringan saraf membutuhkan waktu lebih lama dan memerlukan pendekatan bertahap. “Pemulihan itu bukan sprint, tapi maraton. Yang penting bukan cepat sembuh, tapi pulih dengan benar,” tambahnya.

Dengan memahami perbedaan antara nyeri otot dan saraf, pasien dapat menghindari kesalahan dalam memilih terapi. Pemulihan yang terburu-buru tanpa memperhatikan sinyal tubuh justru bisa memperparah kondisi dan memperpanjang masa penyembuhan.

Kenali Tubuh dan Hargai Proses Pemulihan

Selain aspek medis, kesadaran diri juga berperan penting dalam proses pemulihan. Dr. Irca menekankan bahwa tubuh selalu memberi sinyal ketika ada gangguan. “Tubuh selalu memberi tahu apa yang salah. 

Tugas kita adalah mendengarkan. Kalau kita bisa menghargai proses pemulihan, tubuh akan berterima kasih dengan performa yang lebih baik dan tanpa nyeri berkepanjangan,” ujarnya.

Pesan tersebut sejalan dengan pandangan sejumlah praktisi kebugaran yang turut hadir, seperti Stenly Kusnin dari Anytime Fitness dan Rima Melati Adams, sport enthusiast sekaligus Founder @satutempatstudio. 

Keduanya menilai bahwa kolaborasi antara tenaga medis dan pelatih kebugaran sangat penting agar proses pemulihan berjalan aman dan efektif.

Rima menuturkan bahwa olahraga seharusnya dilakukan dengan tujuan jangka panjang, bukan sekadar mengejar hasil instan. “Olahraga itu bukan untuk short time, tapi untuk long run. Kita harus pahami tujuan dan motivasi untuk olahraga, yaitu untuk sehat. Saya belajar mendengarkan kondisi tubuh, tapi tetap harus bangkit lagi,” katanya.

Melalui pemahaman yang lebih mendalam tentang sistem saraf dan cara tubuh bereaksi terhadap cedera, masyarakat diharapkan lebih berhati-hati dalam menjaga kesehatan fisik. Proses pemulihan bukan hanya soal kembali beraktivitas, tetapi tentang bagaimana tubuh kembali berfungsi dengan optimal tanpa rasa nyeri.

Terkini