Kue Jongkong, Simbol Manis Kebersamaan dan Warisan Kuliner Nusantara

Selasa, 04 November 2025 | 10:07:31 WIB
Kue Jongkong, Simbol Manis Kebersamaan dan Warisan Kuliner Nusantara

JAKARTA - Kue jongkong menjadi salah satu kuliner tradisional khas Bangka Belitung yang hingga kini tetap bertahan di tengah maraknya makanan modern. 

Dikenal dengan rasa manis gurih dan teksturnya yang lembut, kue ini tidak hanya digemari masyarakat lokal, tetapi juga menjadi ikon kuliner yang sering muncul di berbagai acara adat dan perayaan keluarga. 

Keistimewaan kue jongkong terletak pada kesederhanaan bahan dan cita rasanya yang menggugah nostalgia akan masakan rumahan tempo dulu.

Masyarakat setempat kerap menikmati kue jongkong sebagai camilan di berbagai waktu, baik pagi, siang, sore, maupun malam. Kue ini juga sering disajikan pada momen-momen penting seperti pernikahan, khitanan, hingga upacara adat, menjadikannya hidangan yang sarat makna sosial. 

Dalam setiap gigitan kue jongkong, tersimpan kisah tentang kekayaan tradisi dan nilai kebersamaan yang melekat kuat di masyarakat Bangka Belitung.

Salah satu penggemar kue ini, Ismi, menggambarkan sensasi menikmati jungkong sebagai pengalaman yang khas. “Kue jongkong ini lembut banget, rasanya manis tapi nggak bikin enek. 

Waktu dimakan, aroma santannya langsung terasa,” ujarnya dalam program “Pemakan Nusantara” di RRI Pro4. Menurutnya, kelembutan tekstur dan keseimbangan rasa manis serta gurih menjadikan kue jongkong begitu istimewa.

Rahasia di Balik Lembutnya Kue Jongkong

Kue jongkong dibuat dari bahan-bahan sederhana seperti tepung beras ketan, gula kelapa, santan, dan sedikit garam. Semua bahan ini diolah menjadi adonan yang kemudian dikukus hingga matang. 

Gula aren memberikan rasa manis alami sekaligus aroma khas yang menggoda. Proses memasaknya yang masih mempertahankan cara tradisional menjadikan tekstur dan rasa kue ini tetap otentik.

Selain rasa yang nikmat, bahan-bahan dalam kue jongkong juga memiliki nilai gizi yang cukup bermanfaat. Tepung beras ketan merupakan sumber karbohidrat yang memberikan energi bagi tubuh, sementara santan kelapa menyumbang lemak sehat, serta mengandung mineral penting seperti kalium dan zat besi. 

Bila dikonsumsi dalam porsi wajar, kue ini bisa menjadi pilihan camilan yang tidak hanya memanjakan lidah tetapi juga memberikan manfaat bagi tubuh.

Cita rasa gurih dari santan berpadu dengan manisnya gula aren menjadikan kue jongkong serupa dengan bubur sumsum, namun dengan tekstur yang lebih padat dan rasa yang lebih kaya. 

Tak heran bila banyak yang memilih kue ini sebagai teman minum teh di sore hari atau sebagai hidangan penutup setelah makan. Aroma harum santan yang menyeruak membuat siapa pun mudah tergoda untuk mencicipinya.

Kue Jongkong dan Makna Kebersamaan

Kue jongkong bukan sekadar kuliner tradisional, tetapi juga simbol dari nilai kebersamaan masyarakat Bangka Belitung. Dalam banyak kesempatan, kue ini dibuat secara gotong royong oleh warga kampung saat ada acara besar. 

Aktivitas membuat jungkong bersama bukan hanya menghasilkan makanan lezat, tetapi juga mempererat hubungan sosial antarwarga.

Hal ini diungkapkan oleh salah satu warga, Endro, yang mengenang suasana membuat kue jongkong di kampung halamannya. “Biasanya kalau ada acara keluarga atau kampung, orang-orang bikin kue jongkong bareng. 

Jadi bukan cuma makanannya yang nikmat, tapi juga suasana gotong royongnya,” tuturnya. Tradisi seperti ini menjadi salah satu bentuk nyata bagaimana kuliner dapat menjadi perekat sosial di tengah masyarakat.

Membuat kue jongkong secara bersama-sama juga menjadi ajang berbagi ilmu dan resep turun-temurun. Setiap keluarga memiliki cara unik dalam menciptakan cita rasa jungkong mereka sendiri, meskipun bahan dasarnya serupa. 

Hal itu menjadikan kue ini bukan sekadar camilan, tetapi juga media untuk melestarikan nilai-nilai budaya dan rasa kebersamaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi.

Warisan Kuliner yang Tetap Hidup

Hingga kini, kue jongkong masih menjadi bagian penting dari kekayaan kuliner Nusantara. Kehadirannya di tengah gempuran makanan modern membuktikan bahwa cita rasa tradisional tetap memiliki tempat di hati masyarakat. 

Kue ini bukan hanya tentang rasa, melainkan tentang kenangan, kehangatan keluarga, dan semangat gotong royong yang terus hidup dalam kehidupan masyarakat Bangka Belitung.

Pelestarian kuliner seperti kue jongkong tidak hanya penting untuk menjaga kekayaan budaya, tetapi juga untuk memperkuat identitas lokal di tengah arus globalisasi.

Dengan tampilannya yang sederhana namun penuh makna, kue jongkong mengajarkan bahwa kelezatan sejati tidak selalu datang dari hal yang rumit. Kadang, ia hadir dari perpaduan bahan-bahan alami dan keikhlasan dalam proses pembuatannya.

Kue jongkong pun terus menjadi simbol kehangatan dan kebersamaan dalam masyarakat Indonesia. 

Setiap kali kue ini hadir di meja makan, aroma santannya membawa pesan bahwa warisan budaya dan cita rasa masa lalu tidak pernah benar-benar hilang  ia hanya menunggu untuk dinikmati kembali dalam setiap gigitan yang penuh kenangan.

Terkini

Aplikasi Jualan Online Tanpa Modal dan Stok Barang 2025

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:35 WIB

6 Kelebihan dan Kekurangan Bank BCA yang Perlu Diketahui

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:34 WIB

Apakah Barang di Zalora Original? Yuk Kita cari tahu!

Selasa, 04 November 2025 | 23:30:33 WIB