Kenaikan Harga Batu Bara Tembus 110 Dolar Dorong Optimisme Industri Energi Global

Rabu, 05 November 2025 | 11:24:49 WIB
Kenaikan Harga Batu Bara Tembus 110 Dolar Dorong Optimisme Industri Energi Global

JAKARTA - Harga batu bara global menunjukkan penguatan konsisten selama tiga hari terakhir, menandakan sentimen positif yang masih kuat di pasar energi meskipun tekanan terhadap bahan bakar fosil semakin meningkat. 

Pada perdagangan terakhir, harga batu bara di pasar ICE Newcastle untuk kontrak pengiriman bulan depan ditutup di posisi US$ 110,85 per ton, naik 1,14% dari hari sebelumnya. Level ini menjadi yang tertinggi sejak akhir Agustus, atau dalam kurun waktu lebih dari dua bulan terakhir.

Kenaikan ini menegaskan bahwa harga batu bara resmi mencatat penguatan tiga hari beruntun, dengan total kenaikan mencapai 6,69% selama periode tersebut. 

Meski dunia tengah gencar beralih menuju energi baru dan terbarukan, batu bara tetap menjadi salah satu komoditas andalan di berbagai negara, terutama dalam sektor industri dan pembangkit listrik.

Mengutip laporan dari Bloomberg News, Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) COP28 di Dubai memang telah menyepakati langkah pengurangan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. 

Namun, hingga kini masih terdapat sekitar 60 negara peserta yang belum menyerahkan laporan perkembangan pengurangan produksi minyak, gas, serta penghapusan subsidi bahan bakar fosil. 

Hal ini menunjukkan bahwa transisi energi global masih menghadapi tantangan besar, dan batu bara tetap memiliki peran strategis dalam menjaga kestabilan pasokan energi dunia.

Perubahan Iklim Jadi Sorotan, Tantangan Transisi Energi Belum Usai

Meningkatnya harga batu bara tidak dapat dilepaskan dari dinamika global terkait isu perubahan iklim. Para ahli memperingatkan bahwa suhu bumi dalam waktu dekat berpotensi naik lebih dari 1,5 derajat Celsius dibandingkan masa sebelum Revolusi Industri.

“Kita hampir tidak bisa menghindari (kenaikan suhu) 1,5 derajat Celsius. Kita harus kembali ke awal,” ujar Anne Olhoff, Chief Climate Advisor di United Nations Environment Programme (UNEP). Pernyataan tersebut menegaskan pentingnya langkah konkret untuk mengendalikan emisi karbon agar target iklim global tidak melenceng jauh.

Namun, di tengah dorongan besar untuk beralih ke energi bersih, realitas di lapangan menunjukkan bahwa permintaan batu bara tetap tinggi, terutama di negara berkembang yang masih mengandalkan bahan bakar fosil untuk menopang pertumbuhan ekonomi. 

Situasi ini menempatkan dunia pada dilema antara menjaga kelestarian lingkungan dan memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat.

Analisis Teknikal: Momentum Bullish Masih Kuat, Tapi Risiko Koreksi Mengintai

Secara teknikal, pergerakan harga batu bara saat ini berada di zona bullish berdasarkan analisis daily time frame. Indikator Relative Strength Index (RSI) tercatat di angka 76, yang berarti pasar masih dalam tren penguatan. 

Biasanya, nilai RSI di atas 50 menandakan momentum positif, namun ketika mendekati 70 ke atas, kondisi ini juga dapat mengindikasikan pasar sedang overbought atau jenuh beli.

Kondisi jenuh beli ini juga diperkuat oleh indikator Stochastic RSI yang sudah menyentuh angka 100, menandakan adanya potensi koreksi teknikal dalam waktu dekat. Jika tren koreksi terjadi, harga batu bara diperkirakan akan menguji level pivot point di US$ 109 per ton, dengan potensi support di kisaran US$ 108 hingga US$ 104 per ton.

Meski demikian, apabila dorongan beli masih berlanjut, maka harga batu bara berpeluang kembali menanjak untuk menguji level resisten di US$ 112 per ton. Apabila mampu menembus titik tersebut, harga komoditas ini berpotensi naik lebih jauh menuju kisaran US$ 116 hingga US$ 122 per ton.

Prospek Energi Fosil Masih Relevan di Tengah Transisi Global

Kenaikan harga batu bara selama beberapa hari terakhir menjadi sinyal bahwa peralihan menuju energi hijau tidak serta merta menurunkan ketergantungan dunia terhadap bahan bakar fosil. 

Selama infrastruktur energi baru belum sepenuhnya siap, batu bara masih akan menjadi salah satu sumber utama dalam menjaga stabilitas pasokan listrik dan industri.

Meski demikian, tren transisi energi akan tetap mendorong negara-negara untuk mempercepat langkah menuju sistem energi yang lebih bersih dan berkelanjutan. Tantangan ke depan adalah bagaimana menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi dan komitmen terhadap keberlanjutan lingkungan. 

Dalam konteks ini, pemerintah dan pelaku industri di berbagai negara perlu memastikan bahwa setiap langkah transisi dilakukan secara bertahap dan inklusif.

Kendati pasar masih mencermati potensi koreksi jangka pendek, prospek harga batu bara dalam jangka menengah masih cenderung positif. Selama permintaan energi global tetap kuat dan pasokan belum sepenuhnya stabil, harga batu bara berpotensi bertahan di level tinggi. 

Situasi ini sekaligus menjadi pengingat bahwa energi fosil masih memiliki peran penting dalam transisi menuju masa depan energi dunia yang lebih hijau dan berkeadilan.

Terkini

14 Aplikasi Gratis Belajar Bahasa Inggris 2025

Rabu, 05 November 2025 | 19:59:35 WIB

Cara Membatalkan Pesanan di Zalora, Mudah dan Praktis

Rabu, 05 November 2025 | 19:59:33 WIB

11 Cara Jitu Mengatasi Susah Tidur, Dijamin Ampuh!

Rabu, 05 November 2025 | 19:59:23 WIB