Harga Minyak Dunia Naik Usai AS Perketat Sanksi terhadap Rusia

Jumat, 24 Oktober 2025 | 10:54:04 WIB
Harga Minyak Dunia Naik Usai AS Perketat Sanksi terhadap Rusia

JAKARTA - Harga minyak mentah dunia kembali melonjak tajam, dipicu meningkatnya ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat (AS) dan Rusia. 

Dalam perdagangan terakhir, harga minyak mentah Brent naik 2,49 persen menjadi US$64,15 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turut menguat 2,62 persen ke level US$60,03 per barel. 

Kenaikan sekitar 2,5 persen ini terjadi tak lama setelah pemerintah AS menjatuhkan sanksi terhadap dua perusahaan energi raksasa Rusia, yakni Rosneft dan Lukoil.

Sanksi tersebut menandai langkah tegas Washington dalam menekan pendapatan energi Rusia yang digunakan untuk mendanai perang di Ukraina. Pemerintah AS menegaskan kesiapannya untuk mengambil tindakan lanjutan apabila Moskow tidak segera menyetujui gencatan senjata. 

“Langkah ini diambil untuk mendorong Rusia menghentikan agresinya dan mengembalikan stabilitas di kawasan,” ujar pernyataan resmi pemerintah AS.

Presiden Donald Trump, yang sebelumnya berhati-hati menanggapi tekanan anggota parlemen agar menjatuhkan sanksi energi, kini menyatakan waktunya telah tiba untuk bertindak tegas. Keputusan ini muncul setelah perang di Ukraina terus berlangsung tanpa tanda-tanda akan berakhir.

Reaksi Global dan Dampak Terhadap Pasar Energi

Langkah Amerika Serikat memicu reaksi berantai dari sekutu-sekutunya. Inggris pekan lalu juga menjatuhkan sanksi terhadap Rosneft dan Lukoil, sejalan dengan keputusan negara-negara Uni Eropa yang menyetujui paket sanksi ke-19 terhadap Rusia. 

Paket tersebut mencakup larangan impor gas alam cair (LNG) dari Rusia, yang selama ini menjadi salah satu sumber energi utama kawasan Eropa.

Analis Senior Phillip Nova, Priyanka Sachdeva, menilai keputusan AS untuk menyasar dua perusahaan minyak terbesar Rusia akan memperketat pasokan minyak global.

“Langkah Presiden Trump yang menyasar perusahaan minyak terbesar Rusia bertujuan menekan pendapatan perang Kremlin, kebijakan yang bisa memperketat aliran minyak Rusia dan memaksa pembeli mencari sumber baru di pasar terbuka,” ujarnya.

Sachdeva juga memprediksi bahwa tekanan dari AS dapat mengubah pola perdagangan energi di Asia. Jika India, sebagai salah satu pembeli terbesar minyak Rusia, mengurangi impor karena tekanan diplomatik, maka permintaan terhadap minyak dari kawasan Atlantik, terutama AS, bisa meningkat. 

Pergeseran ini berpotensi mendorong harga minyak mentah global naik lebih tinggi. Namun, di sisi lain, sejumlah pengamat menilai lonjakan harga minyak kali ini masih bersifat sementara. 

“Sanksi baru ini memang memperuncing ketegangan AS-Rusia, tapi lonjakan harga tampaknya lebih merupakan reaksi spontan pasar ketimbang perubahan struktural,” jelas Direktur Analisis Pasar Global Rystad Energy, Claudio Galimberti.

Respons Pasar dan Dinamika Pasokan

Meskipun harga minyak naik signifikan, para pelaku pasar masih menunggu dampak nyata dari sanksi tersebut terhadap pasokan global. 

Selama tiga tahun terakhir, sanksi ekonomi terhadap Rusia belum mampu secara signifikan menekan volume produksi atau pendapatan dari sektor minyak negara itu. Rusia tetap menjadi salah satu eksportir utama minyak dunia meski menghadapi tekanan internasional.

Galimberti menambahkan bahwa mekanisme pasar energi global kini jauh lebih kompleks dibanding sebelumnya. “Pasar minyak sudah terbiasa menghadapi sanksi, dan Rusia memiliki jalur alternatif untuk menyalurkan produknya, termasuk ke negara-negara Asia,” katanya.

Sementara itu, beberapa kilang minyak milik negara di India menyatakan sedang meninjau ulang kontrak pembelian minyak dari Rusia. 

Langkah ini dilakukan untuk memastikan bahwa pasokan mereka tidak berasal dari perusahaan yang terkena sanksi, seperti Rosneft dan Lukoil. Keputusan tersebut menunjukkan kehati-hatian India dalam menjaga keseimbangan antara kebutuhan energi nasional dan tekanan diplomatik dari Barat.

Selain faktor geopolitik, kenaikan harga minyak juga didorong oleh laporan penurunan stok minyak mentah AS yang tidak terduga. Data menunjukkan persediaan minyak di Negeri Paman Sam turun lebih cepat dari perkiraan, menambah kekhawatiran akan ketatnya pasokan global. 

Meski demikian, sebagian pelaku pasar masih meragukan bahwa kebijakan sanksi baru ini akan membawa perubahan mendasar terhadap keseimbangan pasokan energi dunia.

Prospek Ke Depan: Tantangan Stabilitas Energi Global

Kenaikan harga minyak kali ini menunjukkan betapa rentannya pasar energi global terhadap dinamika politik dan kebijakan luar negeri. Keputusan AS untuk memperketat sanksi terhadap Rusia menjadi langkah strategis yang berpotensi mempengaruhi arah perdagangan minyak dunia dalam jangka menengah.

Bagi negara-negara importir energi seperti India, China, dan Indonesia, kondisi ini menjadi pengingat pentingnya diversifikasi sumber pasokan energi. Ketergantungan pada minyak impor dari negara-negara tertentu bisa menjadi risiko ketika terjadi gejolak geopolitik.

Para analis memprediksi harga minyak dunia akan tetap volatil dalam beberapa bulan ke depan. Ketidakpastian akibat konflik Rusia-Ukraina, ditambah kebijakan agresif AS dan Eropa, akan terus memengaruhi arah pasar. 

Dalam kondisi seperti ini, negara-negara konsumen energi di Asia perlu memperkuat strategi cadangan minyak dan mempercepat transisi ke sumber energi alternatif.

Langkah-langkah strategis tersebut diharapkan dapat mengurangi dampak fluktuasi harga minyak terhadap ekonomi domestik. Sementara itu, pelaku pasar global akan terus mencermati langkah berikutnya dari Washington dan Moskow, yang bisa menjadi faktor penentu dalam menentukan arah harga minyak dunia di masa mendatang.

Terkini