OJK

OJK Tingkatkan Kesadaran Finansial Masyarakat Melalui Program Inklusi Keuangan

OJK Tingkatkan Kesadaran Finansial Masyarakat Melalui Program Inklusi Keuangan
OJK Tingkatkan Kesadaran Finansial Masyarakat Melalui Program Inklusi Keuangan

JAKARTA - Upaya memperluas jangkauan literasi dan inklusi keuangan nasional kembali menunjukkan perkembangan yang signifikan. 

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa pelaksanaan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) tahun ini berhasil menarik lebih dari 10,8 juta peserta. Angka tersebut berasal dari penyelenggaraan 5.182 kegiatan yang dilakukan oleh 37 Kantor Perwakilan OJK di berbagai wilayah Indonesia. 

Capaian ini menunjukkan kenaikan hingga lebih dari 67% dibandingkan pelaksanaan tahun sebelumnya, yang menandakan meningkatnya antusiasme dan tingkat keterlibatan masyarakat dalam memahami manfaat layanan keuangan. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, menyampaikan bahwa langkah ini merupakan fondasi penting untuk mencapai target besar inklusi keuangan nasional pada masa mendatang.

Dalam penuturannya, Friderica menegaskan bahwa penguatan literasi dan inklusi keuangan menjadi bagian dari strategi besar menuju visi Indonesia Emas 2045. 

Ia menyampaikan optimisme terhadap keberlanjutan program ini karena manfaatnya tidak hanya meningkatkan jumlah pengguna layanan keuangan, tetapi juga mendorong pemahaman yang lebih baik tentang pengelolaan keuangan di masyarakat. 

Menurutnya, data literasi keuangan masyarakat saat ini berada pada kisaran 66,46%, sedangkan tingkat inklusi keuangan mencapai 80,50%, dan apabila diperhitungkan lebih menyeluruh, angka inklusi telah mencapai sekitar 92%. 

Namun, ia menilai pencapaian tersebut tidak boleh membuat berbagai pihak merasa puas, sebab target nasional adalah mencapai inklusi keuangan sebesar 98%.

Friderica juga menekankan bahwa seluruh masyarakat diharapkan dapat memiliki akses yang sama terhadap layanan keuangan. Ia menyebutkan harapan agar seluruh penduduk Indonesia dapat memiliki rekening bank sehingga mempermudah akses terhadap transaksi, layanan keuangan digital, serta program pemberdayaan ekonomi lainnya. 

Menurutnya, peran kolaborasi lintas lembaga menjadi kunci agar target tersebut dapat tercapai secara realistis dan terukur.

Pertumbuhan Produk dan Akses Layanan Keuangan Baru

Selain peningkatan jumlah peserta kegiatan, pelaksanaan BIK juga memberikan dampak terhadap pertumbuhan sejumlah produk dan layanan jasa keuangan. OJK mencatat pembukaan 3,55 juta rekening bank baru yang menunjukkan adanya peningkatan pemanfaatan layanan perbankan oleh masyarakat. 

Di sektor pasar modal, pembukaan rekening investasi baru meningkat hingga 643.000 akun, atau naik sampai 310% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. 

Perkembangan ini menunjukkan bahwa masyarakat semakin mulai mengenal instrumen investasi sebagai pilihan pengelolaan keuangan yang lebih luas.

Tidak hanya itu, sektor asuransi juga mengalami pertumbuhan dengan tercatatnya 951.000 polis baru, meningkat hampir 30%. Pertumbuhan ini menandakan mulai tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan finansial jangka panjang. 

Selain itu, terdapat peningkatan pada rekening pembiayaan hingga mencapai 1,47 juta rekening, serta pembukaan 5 juta rekening pergadaian baru, yang tumbuh sekitar 45% dibandingkan periode sebelumnya. 

Sementara itu, akun berbasis layanan keuangan digital seperti fintech juga bertambah sebanyak 720.000 akun, memperlihatkan adaptasi yang semakin kuat terhadap sistem keuangan berbasis teknologi.

Pencapaian tersebut dinilai sebagai hasil sinergi yang positif antara lembaga keuangan, pemerintah daerah, pelaku usaha jasa keuangan, serta masyarakat. 

Friderica menilai bahwa keberhasilan ini bukan hanya merupakan bentuk kemajuan angka statistik, tetapi juga mengindikasikan semakin kuatnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan formal. 

Ia menyampaikan bahwa capaian ini patut disyukuri dan menjadi dorongan untuk terus meningkatkan akses yang merata di seluruh Indonesia.

Prioritas Inklusi Berkelanjutan untuk Seluruh Lapisan Masyarakat

Komitmen OJK dalam memastikan tidak ada kelompok masyarakat yang tertinggal dalam akses keuangan menjadi salah satu pilar utama dalam pelaksanaan BIK. Prinsip no one left behind terus ditekankan, termasuk untuk kelompok difabel serta masyarakat yang berada di wilayah 3T (terluar, terdepan, dan tertinggal). 

Friderica menyampaikan bahwa banyak masyarakat di daerah-daerah tersebut menunjukkan antusiasme tinggi dalam mengikuti edukasi mengenai layanan dan produk keuangan.

Ia mencontohkan berbagai wilayah seperti Maluku Tenggara, Lombok Utara, Nias, Tidore, Pesisir Barat Lampung, hingga Manokwari, yang secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan literasi dan inklusi keuangan. 

Menurutnya, keberhasilan program ini sangat bergantung pada pendekatan yang tepat sasaran, dukungan berkelanjutan, serta kolaborasi yang erat antara OJK dan pemerintah daerah. 

Pandangan ini mencerminkan pentingnya strategi inklusi yang tidak hanya memperluas akses, tetapi juga memastikan keberlanjutan dan kesesuaian program dengan kebutuhan lokal.

Dalam penutup pesannya, Friderica menitipkan tiga fokus utama untuk seluruh perwakilan OJK di daerah, yaitu memastikan edukasi yang tepat sasaran, inklusi yang bertanggung jawab dan berkelanjutan, serta sinergi kolaboratif antara pihak pemerintah dan lembaga jasa keuangan.

Prinsip tersebut diharapkan dapat menjaga keberlanjutan perkembangan inklusi keuangan nasional menuju masyarakat yang lebih mandiri secara finansial.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index