Balap Unta di Asian Youth Games

Atlet Indonesia Tembus Persaingan Ketat Balap Unta di Asian Youth Games 2025

Atlet Indonesia Tembus Persaingan Ketat Balap Unta di Asian Youth Games 2025
Atlet Indonesia Tembus Persaingan Ketat Balap Unta di Asian Youth Games 2025

JAKARTA - Indonesia menorehkan sejarah baru dalam ajang Asian Youth Games (AYG) 2025 di Bahrain dengan keikutsertaan atlet muda Mohammad Al Fathih Abdillah dalam cabang olahraga balap unta. 

Ini menjadi momentum bersejarah karena untuk pertama kalinya Indonesia berpartisipasi dalam cabang olahraga yang identik dengan budaya Timur Tengah tersebut.

Fathih, yang turun di nomor 500 meter sprint race individual, tampil di Equestrian Endurance Village melawan 17 pembalap unta muda terbaik Asia. 

Meski tergolong baru di cabang olahraga ini, penampilannya cukup memukau karena mampu bersaing dengan para atlet dari negara-negara Timur Tengah yang telah lama menekuni olahraga balap unta.

Fathih berhasil finis di posisi ke-11 dengan catatan waktu satu menit enam detik, capaian yang terbilang membanggakan untuk debut pertamanya. Dominasi atlet dari kawasan Timur Tengah memang tidak bisa dipungkiri. 

Dua pembalap asal Uni Emirat Arab, Mohammed Umair Al Rashedi dan Khalifa Alghfeli, sukses meraih posisi pertama dan kedua dengan waktu 45 detik, diikuti M. Wasmi Sultan Al Balawi dari Arab Saudi yang finis di posisi ketiga dengan waktu 48 detik.

Tantangan Bertanding dengan Unta Pinjaman

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Fathih dalam ajang ini adalah penggunaan unta pinjaman dari panitia, berbeda dengan negara-negara Timur Tengah yang membawa unta sendiri dari negaranya masing-masing. 

Hal ini membuat Fathih tidak memiliki kesempatan untuk beradaptasi lebih lama dengan hewan tunggangannya sebelum lomba dimulai.

“Mereka membawa unta sendiri dari negaranya masing-masing. Sedangkan kita memakai unta pinjaman dari panitia. Jadi kita tuh kemarin tidak dikasih waktu untuk bonding dengan untanya. Jadi sekali ketemu untanya langsung main,” ungkap Fathih saat tiba di Bandara Internasional Soekarno-Hatta.

Meski menghadapi kondisi yang tidak mudah, Fathih tetap menunjukkan semangat luar biasa. Ia mengaku pengalaman ini menjadi bekal berharga untuk memperluas pengetahuannya tentang teknik menunggangi unta. Dengan latihan dan pengalaman lebih banyak, ia yakin Indonesia bisa tampil lebih kompetitif di ajang-ajang mendatang.

Dari Atlet Berkuda ke Pembalap Unta

Sebelum menekuni cabang olahraga baru ini, Mohammad Al Fathih Abdillah dikenal sebagai atlet berkuda memanah. Keikutsertaannya di AYG 2025 menjadi langkah besar dalam kariernya sekaligus pembelajaran baru tentang olahraga unik yang membutuhkan ketahanan, keseimbangan, dan kesabaran tinggi.

“Pengalaman yang saya dapat di AYG ini, saya dapat banyak pelajaran dan saya juga dapat ilmu baru tentang balap unta. Saya orang kuda tapi saya pindah ke unta, jadi banyak dapat pelajaran dari unta juga. Dari utamanya cara ngurusnya harus sabar dan cara nunggangnya juga beda. Banyak sih pelajaran yang saya dapat,” ujar Fathih.

Ia juga menjelaskan perbedaan signifikan antara menunggang kuda dan unta. Menurutnya, menunggang kuda membutuhkan pegangan yang kuat agar tidak jatuh, sedangkan pada unta justru sebaliknya terlalu erat memegang justru bisa menyebabkan jatuh. 

“Awal-awal masih sulit, tapi pas adaptasi udah lumayan. Kuda ataupun unta sama sulitnya,” tambahnya.

Adaptasi dari cabang olahraga berkuda ke balap unta tentu tidak mudah. Namun, keberanian Fathih untuk mencoba hal baru memperlihatkan tekad kuatnya dalam membawa nama Indonesia di kancah internasional.

Harapan Baru bagi Olahraga Ekstrem Indonesia

Kendala terbesar yang dihadapi Fathih dan tim pelatih adalah belum adanya unta balapan di Indonesia. Jenis unta yang digunakan untuk lomba memiliki karakter dan postur berbeda dari unta wisata yang sering dijumpai di beberapa daerah wisata Indonesia.

“Selama di AYG kemarin saya juga belajar dengan pelatih balap unta negara lain. Termasuk cara melatihnya karena unta balapan beda dengan unta untuk wisata. Saya tidak kecewa dengan hasil yang didapat karena kemarin Alhamdulillah dengan posisi ini saya bersyukur kita malah bisa menembus di tengah, 11 ya. Karena dari 17 lawannya berat-berat juga saingannya,” ungkap pelatih Wahyu Setiawan.

Kendati belum mampu merebut podium, prestasi ini menjadi tonggak awal kebangkitan cabang olahraga balap unta di Indonesia. Dengan dukungan dan pelatihan yang lebih matang di masa mendatang, bukan tidak mungkin Indonesia akan memiliki fasilitas serta pelatih khusus untuk mencetak pembalap unta muda berbakat.

Keikutsertaan Fathih bukan hanya tentang hasil, tetapi juga simbol bahwa semangat pantang menyerah atlet muda Indonesia mampu menembus batas di cabang olahraga yang belum pernah dijajal sebelumnya. Langkah kecil ini membuka peluang besar bagi Indonesia untuk terus berprestasi di arena olahraga internasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index