JAKARTA - Kasus gagal bayar di industri asuransi kembali menjadi pengingat pentingnya kehati-hatian dalam memilih perlindungan keuangan.
Sejumlah nasabah dari beberapa perusahaan asuransi mengalami kerugian besar akibat kewajiban perusahaan yang tidak terpenuhi.
Situasi ini mendorong masyarakat untuk lebih cermat memahami kondisi keuangan perusahaan asuransi sebelum membeli polis, agar tujuan utama asuransi sebagai pelindung finansial keluarga tetap tercapai dan tidak berubah menjadi beban di kemudian hari.
Pelajaran dari Kasus Gagal Bayar Asuransi
Kasus gagal bayar asuransi telah terjadi beberapa kali dan melibatkan jumlah korban yang besar. Salah satu kasus yang menyita perhatian publik adalah gagal bayar yang dialami puluhan ribu pemegang polis dengan nilai kerugian mencapai belasan triliun rupiah.
Proses hukum yang berjalan bertahun-tahun membuat banyak korban kehilangan kesempatan memanfaatkan dana mereka untuk kebutuhan hidup, pendidikan anak, maupun kegiatan produktif lain yang seharusnya dapat mendorong perekonomian.
Selain kasus tersebut, beberapa perusahaan asuransi lain juga tercatat mengalami gagal bayar, sehingga memperkuat urgensi literasi keuangan masyarakat. Otoritas telah mencabut izin usaha perusahaan yang bermasalah, namun dampak finansial bagi nasabah tetap dirasakan.
Kondisi ini menjadi pelajaran bahwa memilih asuransi tidak cukup hanya berdasarkan nama besar atau janji keuntungan, tetapi perlu melihat kesehatan keuangan perusahaan secara menyeluruh.
Memahami RBC sebagai Indikator Kesehatan
Salah satu indikator utama yang perlu diperhatikan dalam memilih perusahaan asuransi adalah risk based capital atau RBC. RBC merupakan ukuran kesehatan keuangan perusahaan asuransi berdasarkan kemampuan modalnya dalam menanggung berbagai risiko, mulai dari klaim, investasi, hingga kewajiban lain.
Otoritas menetapkan batas minimum RBC sebesar 120 persen, yang berarti perusahaan wajib memiliki modal lebih besar dari total risiko yang ditanggung.
Semakin tinggi nilai RBC, semakin kuat posisi keuangan perusahaan tersebut. Sebagai ilustrasi, perusahaan dengan RBC 600 persen dinilai mampu membayar klaim nasabah hingga beberapa kali lipat dari total kewajiban yang ada.
Meski demikian, nilai RBC juga perlu dilihat secara proporsional karena ada perusahaan dengan RBC tinggi akibat jumlah polis yang masih terbatas. Oleh karena itu, penilaian sebaiknya tidak hanya terpaku pada satu angka, tetapi melihat kondisi perusahaan secara keseluruhan.
Perencana keuangan menyarankan agar masyarakat memilih asuransi dengan RBC yang cukup tinggi sebagai bentuk mitigasi risiko.
Asuransi jiwa, misalnya, bertujuan melindungi keluarga dari kerugian finansial akibat kematian dini, cacat, atau penyakit kritis yang berpotensi menyebabkan kebangkrutan keluarga. Karena itu, pemilihan perusahaan asuransi tidak boleh dilakukan secara asal.
Pentingnya Riset dan Kewaspadaan Imbal Hasil
Selain melihat RBC, riset menyeluruh sebelum membeli polis asuransi menjadi langkah penting. Perusahaan asuransi dan agen penjual harus terdaftar secara resmi serta mampu memberikan penjelasan yang jelas dan masuk akal mengenai produk. Informasi terkait laporan keuangan, stabilitas grup usaha, serta rekam jejak perusahaan perlu diperiksa dengan teliti.
Kewaspadaan juga diperlukan terhadap penawaran imbal hasil yang terlalu tinggi, terutama pada produk asuransi yang dikombinasikan dengan investasi. Janji keuntungan di atas rata-rata pasar patut diwaspadai karena bisa menjadi sinyal risiko yang tidak sebanding.
Dalam polis asuransi, biasanya terdapat ilustrasi imbal hasil dengan skenario konservatif, moderat, dan agresif. Calon nasabah sebaiknya memilih sesuai kemampuan dan tujuan keuangan, bukan tergiur proyeksi keuntungan yang tidak realistis.
Jika suatu produk menawarkan imbal hasil jauh di atas pasar tanpa penjelasan risiko yang memadai, hal tersebut dapat menjadi tanda peringatan. Membandingkan produk sejenis dari beberapa perusahaan asuransi dapat membantu nasabah membuat keputusan yang lebih rasional dan aman.
Menentukan Uang Pertanggungan yang Tepat
Selain memilih perusahaan yang sehat, penentuan uang pertanggungan juga tidak kalah penting. Uang pertanggungan merupakan dana yang akan diterima ahli waris untuk menggantikan pendapatan yang hilang atau menutup biaya besar akibat musibah.
Besarannya harus disesuaikan dengan kebutuhan agar manfaat perlindungan benar-benar optimal.
Salah satu metode penentuan uang pertanggungan adalah berdasarkan kebutuhan pengganti penghasilan keluarga. Pengeluaran tahunan, termasuk cicilan dan kewajiban lain, dikalikan beberapa tahun untuk memastikan keberlangsungan hidup keluarga.
Metode lain menggunakan pendekatan investasi, di mana uang pertanggungan ditempatkan pada instrumen berisiko rendah untuk menghasilkan pendapatan rutin.
Penentuan uang pertanggungan yang tepat akan memengaruhi besaran premi dan manfaat proteksi. Dengan perencanaan matang, asuransi dapat berfungsi sesuai tujuan awalnya, yaitu memberikan rasa aman dan menjaga stabilitas keuangan keluarga dalam jangka panjang.