JAKARTA - Pemerintah terus memacu transformasi sektor kesehatan untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Wakil Menteri Kesehatan, Dr Benjamin P. Oktavianus, menegaskan bahwa arah pembangunan kesehatan nasional kini dipusatkan pada tiga agenda besar transformasi. Ketiganya menjadi pilar utama dalam memperkuat sistem kesehatan agar lebih tangguh, merata, dan berkelanjutan di masa depan.
Benjamin menyampaikan bahwa transformasi ini bukan hanya tentang infrastruktur, tetapi juga tentang pemerataan akses, peningkatan kualitas layanan, serta kesiapan menghadapi berbagai tantangan kesehatan masyarakat di era modern.
Penguatan Layanan Primer dan Rujukan
Dalam paparannya di Makassar, Benjamin menjelaskan agenda pertama yaitu transformasi layanan primer yang difokuskan untuk memperkuat fasilitas kesehatan di tingkat masyarakat.
Langkah ini dilakukan dengan memperluas akses puskesmas dan memperkuat program promotif serta preventif, sehingga masyarakat bisa mendapatkan pelayanan kesehatan sejak dini.
Agenda kedua adalah transformasi layanan rujukan, yang menekankan pada pembangunan sistem rumah sakit yang efisien, berkeadilan, dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Dengan sistem ini, masyarakat di daerah terpencil pun diharapkan dapat memperoleh layanan medis setara dengan wilayah perkotaan.
Sementara itu, agenda ketiga yakni transformasi sistem ketahanan kesehatan difokuskan pada peningkatan kemampuan nasional dalam menghadapi krisis kesehatan seperti pandemi dan bencana alam.
“Ke depan, sistem kesehatan Indonesia harus lebih adil, kuat, dan berkelanjutan. Peran bapak dan ibu sekalian, para akademisi dan peneliti, sangat berpengaruh dalam mendukung transformasi ini,” ujar Benjamin saat menjadi pembicara kunci pada konferensi internasional The 2nd International Conference on Safety and Public Health di Universitas Hasanuddin, Makassar.
Capaian Pemerintah dan Kolaborasi Riset Nasional
Wamenkes juga mengungkapkan capaian nyata pemerintah dalam sektor kesehatan. Salah satu program unggulan yang telah berjalan adalah pemeriksaan kesehatan gratis, yang kini telah menjangkau lebih dari 41 juta masyarakat di berbagai daerah Indonesia.
Program ini didukung oleh lebih dari 10.000 puskesmas yang tersebar di seluruh nusantara, sebagai bukti komitmen negara dalam memberikan akses kesehatan merata.
Benjamin menilai kolaborasi lintas sektor dan riset akademik sangat penting dalam memperkuat sistem kesehatan nasional. “Harapan kami, kolaborasi riset seperti yang dilakukan Unhas hari ini dapat memperkuat sistem kesehatan nasional dan menjadi motor perubahan menuju Indonesia yang sehat dan sejahtera,” ujarnya.
Kontribusi Dunia Akademik dalam Transformasi Kesehatan
Dalam kesempatan yang sama, Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof Dr Jamaluddin Jompa, MSc, menegaskan komitmen perguruan tinggi dalam mendukung kebijakan pemerintah di bidang kesehatan.
Ia menyebut bahwa Unhas terus berperan aktif dalam menghasilkan riset tematik yang relevan dengan kebijakan kesehatan dan kesehatan masyarakat. Unhas juga fokus dalam memberikan rekomendasi berbasis riset yang dapat langsung diterapkan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di berbagai daerah.
Selain itu, kampus tersebut menyoroti pentingnya memperluas riset kesehatan di sektor maritim, mengingat Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat bergantung pada laut dan sektor perikanan.
“Kita adalah negara maritim, tetapi hanya sedikit yang tahu menyelam. Kesehatan masyarakat, terutama bagi mereka yang bekerja sebagai nelayan, sangat penting untuk diperhatikan,” ujar Prof Jamaluddin.
Ia menambahkan bahwa sektor kesehatan maritim perlu mendapatkan perhatian lebih sebagai bagian dari pembangunan kesehatan nasional yang menyeluruh.
Perlindungan Kesehatan Pekerja Maritim
Prof Jamaluddin menekankan pentingnya langkah nyata dan berkelanjutan untuk melindungi para pekerja laut yang menjadi garda terdepan dalam menjaga sumber daya maritim bangsa.
“Saya berharap ada langkah nyata dan berkelanjutan dalam melindungi kesehatan para pekerja laut, karena mereka adalah garda terdepan dalam menjaga sumber daya maritim bangsa,” tambahnya.
Pesan tersebut sejalan dengan arah kebijakan Kementerian Kesehatan yang berupaya memperluas cakupan pelayanan kesehatan hingga ke wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Dengan kolaborasi antara pemerintah dan akademisi, diharapkan sistem kesehatan nasional akan semakin kuat, adaptif, dan berdaya saing tinggi.
Melalui tiga agenda besar transformasi yang dicanangkan, pemerintah bertekad membangun sistem kesehatan yang inklusif dan tahan terhadap berbagai tantangan di masa depan.
Visi Indonesia Emas 2045 diharapkan bukan hanya mencerminkan kemajuan ekonomi dan teknologi, tetapi juga mencerminkan masyarakat yang sehat, tangguh, dan sejahtera dari Sabang sampai Merauke.