Harga Batu Bara

Harga Batu Bara China dan Vietnam Tertekan Akibat Permintaan yang Melemah

Harga Batu Bara China dan Vietnam Tertekan Akibat Permintaan yang Melemah
Harga Batu Bara China dan Vietnam Tertekan Akibat Permintaan yang Melemah

JAKARTA - Harga batu bara di China mengalami penurunan signifikan dalam beberapa hari terakhir. 

Dalam tiga hari berturut-turut, tren pelemahan berlanjut, menurunkan harga menjadi US$ 106,6 per ton. Pelemahan ini memperpanjang tren negatif yang sudah terlihat sebelumnya, akibat permintaan yang melemah dari sektor industri utama.

Pasar domestik batu bara kokas di China masih menghadapi tekanan karena pelaku pasar bersikap hati-hati meskipun terdapat beberapa pembelian lokal dan kenaikan harga sesekali. 

Pabrik serta pedagang tetap konservatif dalam pembelian, meski pasokan terkadang terganggu oleh isu keselamatan atau gangguan produksi di tambang utama. Situasi ini menciptakan tekanan berkelanjutan pada harga dan stabilitas pasar.

Analisis menunjukkan bahwa stok batu bara meningkat di pasar, sementara permintaan dari pabrik baja dan industri hilir lainnya menurun. 

Fundamental pasar yang lemah membuat pembeli enggan melakukan transaksi besar, bahkan ketika ada harapan musim dingin akan meningkatkan konsumsi energi. Investor tetap berhati-hati untuk mengurangi risiko terkait fluktuasi harga.

Harga Termal Juga Ikut Melemah

Selain batu bara kokas, harga batu bara termal di wilayah tambang utama China juga menunjukkan penurunan. Kondisi ini terkait dengan permintaan utilitas pembangkit listrik yang tetap rendah, sementara pasokan relatif memadai di banyak wilayah produksi domestik. 

Hal ini membuat harga di mulut tambang menurun meskipun cuaca dingin dan salju lebih sering muncul, yang biasanya mendorong konsumsi energi.

Sentimen hati-hati dari pembeli diperkuat oleh kondisi ekonomi yang kurang mendukung serta ketidakpastian di sektor industri hilir. 

Pabrik dan pedagang menahan diri dari pembelian besar karena kekhawatiran permintaan tidak cukup kuat untuk menopang kenaikan harga. Hal ini menunjukkan bahwa ekspektasi musim dingin tidak cukup untuk membalikkan arah pasar yang sedang tertekan.

Perlambatan ini memberi dampak pada investor dan pedagang global yang memantau pasar China. Dengan permintaan lemah dan pasokan cukup, harga batu bara diperkirakan akan tetap fluktuatif dalam jangka pendek. 

Upaya pemerintah maupun perusahaan tambang untuk menstabilkan pasar menghadapi tantangan karena faktor eksternal dan internal tetap memengaruhi dinamika harga.

Vietnam Alami Penurunan Impor Batu Bara

Sementara itu, pasar batu bara di Vietnam juga menunjukkan tren melemah. Impor batu bara pada November 2025 mencapai 3,82 juta ton, turun 20,9% dibanding bulan sebelumnya dan menjadi level bulanan terendah sejak Oktober 2023. 

Jika dibandingkan periode sama tahun lalu, volume impor turun sekitar 4,8%, menunjukkan penurunan permintaan dari sisi utilitas dan pabrik lokal.

Dari sisi nilai, impor batu bara Vietnam tercatat senilai US$ 378 juta, mengalami penyusutan sekitar 24% dibanding Oktober. 

Penurunan ini dipicu oleh menurunnya kebutuhan listrik, stok berlebih, atau faktor lain dari sisi utilitas. Indonesia tetap menjadi pemasok utama, namun meskipun volume impor dari Indonesia masih signifikan, total permintaan tetap menurun.

Situasi ini menunjukkan bahwa tekanan di pasar regional tidak hanya terjadi di China, tetapi juga di negara tetangga yang menjadi konsumen batu bara. 

Turunnya permintaan dari Vietnam menambah sentimen negatif bagi eksportir dan memengaruhi harga global. Investor yang memantau rantai pasok regional pun perlu memperhitungkan kondisi ini dalam strategi perdagangan mereka.

Dampak Tekanan Harga Batu Bara

Kombinasi melemahnya pasar China dan Vietnam menciptakan tekanan berkelanjutan pada harga batu bara global. Produsen dan pedagang di Indonesia harus bersiap menghadapi volatilitas harga karena dua negara konsumen utama ini menunjukkan penurunan permintaan. 

Kondisi ini menjadi peringatan bagi pelaku industri agar lebih berhati-hati dalam pengelolaan stok dan strategi penjualan.

Selain dampak harga, situasi ini juga memengaruhi industri hilir, termasuk pabrik baja, pembangkit listrik, dan sektor manufaktur yang bergantung pada batu bara. Penurunan permintaan di pasar utama memaksa produsen untuk menyesuaikan produksi agar tidak terjadi overstock yang dapat merugikan secara finansial.

Secara keseluruhan, tekanan ini menekankan pentingnya manajemen risiko yang baik dan strategi diversifikasi pasar. Produsen dan pedagang perlu memantau tren konsumsi energi, stok di tambang, dan sentimen pasar secara global agar tetap mampu menjaga stabilitas dan menghadapi fluktuasi harga batu bara di masa mendatang.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index