Energi Terbarukan

Energi Terbarukan Geser Batu Bara, Dunia Masuki Era Baru Listrik Bersih

Energi Terbarukan Geser Batu Bara, Dunia Masuki Era Baru Listrik Bersih
Energi Terbarukan Geser Batu Bara, Dunia Masuki Era Baru Listrik Bersih

JAKARTA - Peta energi dunia tengah mengalami perubahan besar.

Batu bara, yang selama puluhan tahun menjadi tulang punggung pembangkit listrik global, kini mulai tergeser oleh tenaga surya dan angin. Pergeseran ini bukan sekadar tren sesaat, tetapi menandai era baru di mana energi bersih menjadi pilar utama pasokan listrik dunia.

Harga batu bara pun terus menunjukkan pelemahan, mencerminkan menurunnya permintaan global terhadap bahan bakar fosil tersebut. Berdasarkan data perdagangan terkini, harga batu bara ditutup di kisaran US$107,15 per ton, melemah 0,78%.

Kondisi ini berbanding terbalik dengan penguatan kecil di akhir pekan sebelumnya, mengindikasikan arah tren yang terus menurun. Faktor utama penurunan ini adalah meningkatnya kapasitas pembangkit energi terbarukan yang kini mendominasi pasokan listrik global.

Data dari lembaga think tank energi Ember menunjukkan tenaga angin dan surya untuk pertama kalinya menghasilkan listrik lebih banyak dibandingkan pembangkit batu bara di tahun ini.

Dominasi Baru: Matahari dan Angin Pimpin Pertumbuhan Energi

Dalam enam bulan pertama tahun 2025, energi terbarukan mencatat pertumbuhan yang melampaui kenaikan kebutuhan listrik dunia.

Peningkatan permintaan listrik global sebesar 2,6% atau setara 369 terawatt-jam (TWh) sebagian besar dipenuhi oleh tenaga surya yang tumbuh hingga 31% secara tahunan, menyumbang 306 TWh dari total kenaikan.

Kombinasi ekspansi tenaga surya dan angin yang stabil membuat energi terbarukan mampu memenuhi lonjakan kebutuhan listrik tanpa harus bergantung pada batu bara dan gas alam.

Produksi listrik dari batu bara justru menurun 0,6% atau sekitar 31 TWh, sementara gas alam turun 0,2% atau 6 TWh. Secara keseluruhan, total pembangkitan berbasis fosil menyusut 0,3%, yang turut menurunkan emisi karbon global sebesar 0,2%.

Dalam periode yang sama, energi terbarukan memasok sekitar 5.072 TWh listrik, meningkat dari 4.709 TWh di tahun sebelumnya. Sebaliknya, pembangkit batu bara hanya menghasilkan 4.896 TWh, turun 31 TWh dibandingkan tahun lalu. Ini menjadi titik balik bersejarah dalam perjalanan transisi energi dunia.

China dan India Jadi Motor Utama Transisi Energi

Perubahan besar ini tidak terjadi merata di seluruh dunia. China dan India menjadi dua negara pendorong utama lonjakan energi terbarukan global.

Menurut laporan Ember, China menambah kapasitas energi terbarukan lebih banyak dibandingkan gabungan seluruh negara lain di dunia, yang mengakibatkan penurunan penggunaan bahan bakar fosil sebesar 2% pada paruh pertama tahun ini.

India juga mencatat kemajuan signifikan. Negara tersebut meningkatkan kapasitas energi terbarukan lebih dari tiga kali lipat dibandingkan pertumbuhan permintaan listriknya yang relatif lebih lemah tahun ini.

Sebagai hasilnya, penggunaan batu bara dan gas di India masing-masing turun 3,1% dan 34%, menunjukkan pergeseran nyata menuju sistem energi yang lebih hijau.

Sementara itu, analis senior kelistrikan Ember, Małgorzata Wiatros-Motyka, menyatakan bahwa perkembangan ini menandai awal perubahan besar dalam sistem energi global

“Tenaga surya dan angin kini tumbuh cukup cepat untuk memenuhi meningkatnya kebutuhan listrik dunia. Ini menandai awal dari pergeseran besar di mana energi bersih mulai mampu mengimbangi pertumbuhan permintaan,” ujarnya.

Proyeksi IEA: Dekade Emas Energi Terbarukan Dunia

Laporan terpisah dari International Energy Agency (IEA) memperkirakan bahwa kapasitas energi terbarukan global akan lebih dari dua kali lipat pada akhir dekade ini.

Sekitar 80% tambahan kapasitas tersebut diperkirakan berasal dari tenaga surya, sementara sisanya akan disumbangkan oleh tenaga angin, air, bioenergi, dan panas bumi.

Direktur Eksekutif IEA Fatih Birol menyebut bahwa pertumbuhan energi terbarukan akan didominasi oleh tenaga surya meski sumber lain juga turut berkontribusi.

“Pertumbuhan kapasitas energi terbarukan global dalam beberapa tahun mendatang akan didominasi oleh tenaga surya meski tenaga angin, air, bioenergi, dan panas bumi juga akan turut berkontribusi,” jelasnya.

Birol menambahkan, China diprediksi tetap menjadi pasar energi terbarukan terbesar di dunia, diikuti oleh India sebagai pasar kedua terbesar hingga akhir dekade ini.

Selain itu, potensi pertumbuhan besar juga muncul di negara-negara seperti Arab Saudi, Pakistan, dan beberapa wilayah Asia Tenggara yang mulai mengadopsi investasi besar di sektor tenaga surya.

Namun, situasi di negara-negara Barat menunjukkan dinamika yang berbeda. Permintaan listrik di Amerika Serikat meningkat lebih cepat daripada pertumbuhan kapasitas energi bersih, menyebabkan kenaikan produksi listrik berbasis batu bara sebesar 17% pada paruh pertama tahun ini.

Di Uni Eropa, meski permintaan listrik relatif stabil, cuaca yang kurang mendukung menyebabkan penurunan produksi angin dan air, sehingga pembangkitan dari gas dan batu bara justru meningkat masing-masing 14% dan 1,1%.

Tren global saat ini memperlihatkan bahwa energi terbarukan semakin mendominasi sistem listrik dunia, menandai awal dari pergeseran besar menuju ekonomi rendah karbon.

Meski masih terdapat tantangan di beberapa wilayah, terutama di negara maju yang bergantung pada fosil, momentum transisi energi bersih tampaknya tidak terbendung lagi.

Dengan kontribusi besar dari China dan India, serta dukungan kebijakan internasional yang semakin kuat, tenaga surya dan angin kini benar-benar menjadi “raja baru” energi global, menggantikan batu bara yang selama ini menjadi simbol era industri klasik.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index