IHSG

IHSG Terkoreksi Tipis di Akhir Pekan, Saham Perbankan BUMN Tampil Solid

IHSG Terkoreksi Tipis di Akhir Pekan, Saham Perbankan BUMN Tampil Solid
IHSG Terkoreksi Tipis di Akhir Pekan, Saham Perbankan BUMN Tampil Solid

JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali harus menutup perdagangan akhir pekan di zona merah. 

Setelah sempat menguat pada awal sesi, IHSG akhirnya terkoreksi sebesar 0,25% atau turun 20,18 poin ke posisi 8.163,88. Kondisi ini menunjukkan bahwa tekanan jual di pasar saham domestik masih cukup tinggi, terutama di tengah ketidakpastian arah pasar global dan sentimen dari investor asing.

Dari total 955 saham yang diperdagangkan, sebanyak 389 saham tercatat turun, sementara 287 saham berhasil naik, dan 279 lainnya stagnan. 

Nilai transaksi harian mencapai Rp19,15 triliun dengan total volume 27,52 miliar saham dalam hampir dua juta kali transaksi. Akibat pelemahan ini, kapitalisasi pasar ikut terkikis menjadi Rp14.857 triliun.

Sepanjang sesi perdagangan, pergerakan indeks cenderung fluktuatif. IHSG sempat dibuka menguat 0,29% dan bahkan menyentuh level tertingginya di 8.215,55 atau naik 0,38%. Namun, tekanan jual yang meningkat menjelang penutupan sesi membuat indeks kembali tergelincir ke zona negatif.

Sektor Bahan Baku dan Properti Tekan Kinerja Bursa

Koreksi IHSG kali ini disebabkan oleh pelemahan di sebagian besar sektor utama. Berdasarkan data Refinitiv, sektor bahan baku menjadi yang paling tertekan dengan penurunan 0,83%. 

Sektor properti juga melemah 0,7%, disusul sektor energi yang turun 0,67%. Ketiga sektor tersebut menjadi kontributor utama yang menyeret kinerja IHSG.

Di sisi lain, hanya ada tiga sektor yang mampu bertahan di zona hijau. Sektor utilitas naik 0,84%, disusul teknologi yang meningkat 0,79%, serta konsumer primer yang menguat tipis 0,09%. 

Meskipun demikian, penguatan di tiga sektor tersebut belum mampu menahan tekanan dari pelemahan di sektor lain yang memiliki bobot lebih besar terhadap indeks.

Saham-saham yang menjadi pemberat utama antara lain Bank Mandiri (BMRI) dengan penurunan 7,03 indeks poin, Dian Swastatika Sentosa (DSSA) dengan penurunan 7,03 indeks poin.

Barito Pacific (BRPT) turun 5,62 indeks poin, Astra International (ASII) melemah 5,57 indeks poin, dan Telkom Indonesia (TLKM) turun 4,58 indeks poin. Saham-saham tersebut mencatatkan koreksi antara 1% hingga 2%.

BRI Jadi Penopang di Tengah Koreksi Bursa

Di tengah tren pelemahan pasar, saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) justru tampil tangguh dengan kenaikan sebesar 1,79% ke level 3.980. 

Saham BRI menjadi salah satu penopang utama IHSG agar tidak jatuh lebih dalam. Kenaikan saham bank BUMN ini memberikan kontribusi positif sebesar 11,59 poin terhadap indeks.

Kinerja BRI yang solid ini menjadi penegas bahwa saham perbankan pelat merah masih menjadi pilihan investor di tengah volatilitas pasar. 

Dukungan fundamental yang kuat, ditambah dengan optimisme terhadap pertumbuhan kredit di sektor UMKM, menjadikan BRI salah satu penggerak positif di Bursa Efek Indonesia pada akhir pekan ini.

Meski demikian, jika ditarik dalam sepekan terakhir, IHSG tercatat masih terkoreksi 1,3%. Kondisi ini menggambarkan adanya tekanan akumulatif yang belum sepenuhnya mereda di kalangan pelaku pasar.

Pelemahan Sepekan Dipicu Perubahan Aturan MSCI

Pelemahan IHSG di sepanjang pekan ini juga tak lepas dari sentimen negatif yang datang dari perubahan aturan free float pada indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI). Kebijakan tersebut berdampak pada beberapa saham besar milik konglomerat nasional, termasuk yang dimiliki oleh Prajogo Pangestu.

Pada awal pekan, IHSG sempat anjlok lebih dari 3,5% hingga meninggalkan level psikologis 8.000. Meskipun sempat mengalami rebound pada dua hari berikutnya dengan kenaikan masing-masing 0,91% dan 0,22%, laju pemulihan tersebut belum cukup kuat menahan tekanan yang datang dari investor global.

Pelaku pasar masih mencermati bagaimana kebijakan baru ini akan berpengaruh terhadap bobot saham dalam indeks global, sekaligus terhadap arus modal asing yang masuk ke pasar modal Indonesia. 

Di sisi lain, investor domestik diharapkan tetap fokus pada fundamental perusahaan serta prospek ekonomi nasional yang dinilai masih cukup positif dalam jangka menengah.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index