JAKARTA - Banyak orang menganggap tidur dengan lampu menyala bukan masalah besar.
Padahal, kebiasaan sederhana ini ternyata dapat memengaruhi kesehatan tubuh dalam jangka panjang. Paparan cahaya, terutama dari lampu atau layar gawai, terbukti bisa mengacaukan ritme alami tubuh manusia.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, kebiasaan bermain ponsel atau menonton televisi sebelum tidur semakin memperparah gangguan pola tidur tersebut.
Sebuah penelitian berskala besar mengungkapkan bahwa tidur di ruangan terang berpotensi meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, termasuk penyakit jantung.
Para ahli pun menganjurkan masyarakat untuk membatasi paparan cahaya di malam hari demi menjaga kualitas tidur dan kesehatan tubuh. Penggunaan penutup mata, tirai gelap, atau mematikan lampu sebelum tidur bisa menjadi langkah sederhana yang efektif.
Ritme sirkadian, atau jam biologis tubuh, bekerja mengatur kapan tubuh harus beristirahat dan kapan harus aktif. Saat tubuh terpapar cahaya di malam hari, ritme tersebut menjadi terganggu, sehingga produksi hormon melatonin menurun.
Padahal, hormon ini sangat penting untuk mengatur siklus tidur dan menjaga sistem imun tubuh tetap stabil. Dalam jangka panjang, ketidakseimbangan hormon dan gangguan ritme tubuh dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung serta metabolisme.
Gangguan Tidur dan Kaitannya dengan Penyakit Jantung
Penelitian terbaru yang dilakukan terhadap puluhan ribu partisipan memperkuat hubungan antara kondisi tidur dan kesehatan kardiovaskular. Dalam riset tersebut, lebih dari 88 ribu orang berusia di atas 40 tahun diamati selama hampir sepuluh tahun.
Hasilnya menunjukkan bahwa individu yang sering tidur dalam kondisi terang memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan jantung, seperti arteri koroner, gagal jantung, dan stroke.
Menariknya, peningkatan risiko ini bahkan mencapai lebih dari 45 persen pada beberapa kasus gagal jantung. Fakta tersebut menjadi perhatian besar di dunia medis karena menunjukkan bahwa paparan cahaya di malam hari bisa berdampak langsung terhadap sistem kardiovaskular tubuh.
Namun, peneliti juga menekankan bahwa risiko ini tidak hanya disebabkan oleh paparan cahaya semata. Faktor gaya hidup, seperti pola makan, kebiasaan olahraga, usia, dan tingkat stres juga berperan besar. Meski demikian, efek gangguan tidur akibat cahaya tetap terbukti signifikan.
Paparan cahaya membuat tubuh kesulitan mencapai tidur nyenyak (deep sleep) yang dibutuhkan untuk memperbaiki sel-sel tubuh dan menjaga tekanan darah tetap stabil.
Bila kondisi ini terjadi terus-menerus, tubuh akan mengalami stres kronis, yang berpotensi memperburuk kerja jantung. Perempuan dan individu muda disebut sebagai kelompok yang paling rentan mengalami dampak ini, karena mereka cenderung memiliki pola tidur yang lebih terganggu akibat gaya hidup digital.
Ritme Tubuh yang Terganggu dan Dampaknya pada Kesehatan
Secara biologis, tubuh manusia memiliki mekanisme alami yang menyesuaikan aktivitas dengan siklus siang dan malam. Saat malam tiba, hormon melatonin meningkat untuk membantu tubuh beristirahat.
Namun, kehadiran cahaya buatan dapat menipu tubuh sehingga mengira masih siang hari. Akibatnya, proses pemulihan dan regenerasi sel menjadi tidak optimal. Penurunan kualitas tidur tidak hanya membuat tubuh terasa lelah, tetapi juga berdampak pada sistem saraf dan metabolisme.
Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa menyebabkan peningkatan tekanan darah dan kadar gula darah, dua faktor utama yang memicu penyakit jantung.
Para peneliti menyebutkan, gangguan ritme sirkadian yang berkepanjangan dapat memicu peradangan di dalam tubuh, sehingga memperbesar risiko penyakit kardiovaskular.
Ini berarti, menjaga kegelapan di ruang tidur bukan hanya soal kenyamanan, melainkan bagian penting dari upaya menjaga keseimbangan biologis tubuh. Meski penelitian ini tidak secara mutlak membuktikan hubungan sebab-akibat, korelasi yang ditemukan cukup kuat untuk menjadi dasar perubahan gaya hidup masyarakat.
Dengan kata lain, langkah pencegahan sederhana seperti mengurangi cahaya di kamar dapat berkontribusi besar terhadap kesehatan jantung dan kualitas hidup.
Langkah Praktis Meningkatkan Kualitas Tidur dan Kesehatan Jantung
Mengubah kebiasaan tidur menjadi lebih sehat dapat dimulai dari langkah-langkah kecil yang mudah diterapkan. Mengurangi paparan cahaya di malam hari adalah kunci utama.
Hindari penggunaan gawai setidaknya 30 menit sebelum tidur, karena cahaya biru dari layar dapat menghambat produksi melatonin. Selain itu, gunakan lampu dengan intensitas rendah atau lampu tidur berwarna hangat untuk membantu tubuh lebih rileks.
Bagi mereka yang tinggal di area dengan pencahayaan luar yang terang, memasang tirai gelap atau penutup mata menjadi solusi efektif untuk menjaga kegelapan ruang tidur.
Di sisi lain, penting pula untuk mendapatkan cukup paparan sinar matahari di siang hari. Paparan cahaya alami di pagi hari membantu tubuh mengatur ritme sirkadian dengan baik, sehingga malamnya lebih mudah tertidur.
Aktivitas fisik ringan seperti berjalan pagi juga disarankan, karena membantu menjaga kesehatan jantung sekaligus meningkatkan kualitas tidur. Gaya hidup sehat yang melibatkan pola makan seimbang, olahraga teratur, dan waktu tidur cukup akan menciptakan keseimbangan antara tubuh dan pikiran.
Dengan langkah-langkah sederhana tersebut, risiko gangguan jantung akibat paparan cahaya di malam hari dapat ditekan secara signifikan. Tidur yang berkualitas bukan hanya soal durasi, tetapi juga tentang bagaimana tubuh mendapatkan kesempatan untuk benar-benar beristirahat dalam kondisi alami dan nyaman.