Bursa Asia Menguat, Investor Tetap Optimistis di Tengah Perang Dagang AS–China

Jumat, 17 Oktober 2025 | 10:24:26 WIB
Bursa Asia Menguat, Investor Tetap Optimistis di Tengah Perang Dagang AS–China

JAKARTA - Bursa saham Asia kompak ditutup menguat meski ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China kembali meningkat. 

Para investor memilih tetap optimistis dengan memanfaatkan momentum pelemahan pasar untuk melakukan pembelian, sementara ekspektasi terhadap kebijakan suku bunga longgar The Fed menjaga sentimen positif di kawasan.

Mayoritas Bursa Asia Ditutup Menguat

Mayoritas bursa saham di kawasan Asia mencatat penguatan pada akhir perdagangan. Indeks Topix Jepang naik 0,62% ke level 3.203,42, sementara indeks S&P/ASX 200 Australia menguat 0,86% ke 9.068,40. 

Dari Korea Selatan, indeks Kospi melonjak 2,49% ke level 3.748,37, mencerminkan optimisme investor terhadap pemulihan laba korporasi. Di China, indeks Shanghai Composite juga mencatat kenaikan 0,10% ke 3.916,23.

Sementara itu, indeks Hang Seng Hong Kong justru turun tipis 0,09% ke 25.888,51, dan Straits Times Index (STI) Singapura melemah 0,37% ke 4.352,19.  Secara keseluruhan, indeks MSCI Asia naik 0,9%, terdorong oleh lonjakan saham-saham teknologi seperti ZTE Corp. dari China dan SK Hynix Inc. dari Korea Selatan.

Pergerakan positif ini menandakan bahwa sebagian besar investor masih melihat prospek pasar Asia cukup kuat, meskipun bayang-bayang perang dagang kembali memicu kekhawatiran di pasar global.

Sentimen Pasar Ditopang Optimisme Korporasi

Kenaikan bursa di Asia menegaskan bahwa optimisme terhadap kinerja perusahaan masih menjadi penopang utama sentimen investor. Meskipun ketegangan politik dan ekonomi global terus naik turun, pelaku pasar tetap menaruh keyakinan pada fundamental korporasi yang solid di kawasan ini.

“Investor semakin terbiasa dengan dinamika politik yang naik turun. Selama hal itu tidak memengaruhi laba perusahaan, yang menjadi penggerak utama pasar berisiko, maka dampaknya terhadap pasar saham tidak akan besar,” ujar Fabiana Fedeli, Chief Investment Officer untuk ekuitas, multi-aset, dan keberlanjutan di M&G Investments.

Pernyataan tersebut mencerminkan pandangan investor global bahwa gejolak politik bukanlah faktor utama dalam menentukan arah bursa selama prospek keuntungan perusahaan masih positif. Hal ini terlihat dari aksi beli yang terus terjadi di tengah fluktuasi pasar akibat isu perang dagang AS–China.

Ketegangan Dagang AS–China Kembali Meningkat

Pasar saham global sempat berfluktuasi tajam setelah Presiden AS Donald Trump menyatakan bahwa negaranya kembali terjebak dalam perang dagang dengan China.

Tak lama kemudian, Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengisyaratkan adanya peluang gencatan dagang jangka panjang jika Beijing bersedia meninjau ulang kebijakan ekspor logam tanah jarang.

Trump memberikan pernyataannya beberapa jam setelah Bessent menyebut kemungkinan perpanjangan jeda tarif impor produk China lebih dari tiga bulan, dengan syarat adanya komitmen timbal balik dari pihak China. 

Hingga kini, kedua negara masih berada dalam situasi negosiasi yang dinamis, dengan batas waktu gencatan dagang berikutnya akan berakhir pada November mendatang.

Ketegangan yang kembali mencuat ini menimbulkan kekhawatiran baru di pasar, meski banyak pelaku keuangan menilai kondisi tersebut sudah menjadi bagian dari pola hubungan dagang yang fluktuatif antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia. 

Investor kini cenderung memanfaatkan setiap pelemahan sebagai peluang beli, menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan terhadap stabilitas jangka panjang pasar masih tinggi.

Prospek Suku Bunga dan Arah Pasar Global

Selain isu geopolitik, pelaku pasar juga tengah menantikan kebijakan moneter The Federal Reserve. Ekspektasi bahwa bank sentral AS akan memangkas suku bunga lebih agresif sebelum akhir tahun memperkuat keyakinan investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi dan pasar saham.

Kebijakan suku bunga rendah berpotensi menjaga daya saing saham-saham sektor korporasi, terutama yang bergantung pada pembiayaan modal besar. 

Para analis menilai langkah The Fed dapat memberikan ruang bagi pasar global untuk mempertahankan momentum positif setelah mencatat salah satu reli enam bulan terbaik sejak 1950-an.

Meskipun pasar saat ini memasuki fase koreksi ringan, sentimen jangka menengah dinilai tetap kuat berkat kombinasi optimisme terhadap kebijakan moneter longgar dan pemulihan ekonomi korporasi. 

Dengan dukungan tersebut, bursa Asia diperkirakan masih akan menjadi salah satu kawasan paling menarik bagi investor global yang mencari pertumbuhan di tengah ketidakpastian.

Terkini