JAKARTA - Setelah tiga hari berturut-turut berada di zona merah, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akhirnya menorehkan penguatan yang signifikan.
Pada akhir perdagangan Kamis, indeks tercatat naik 73,58 poin atau 0,91% ke level 8.124,76. Sebanyak 412 saham tercatat mengalami kenaikan, sementara 250 saham mengalami penurunan, dan 141 saham lainnya bergerak stagnan.
Aktivitas transaksi juga menunjukkan antusiasme tinggi, dengan nilai mencapai Rp19,48 triliun, melibatkan 27,19 miliar saham dalam 2,17 juta kali transaksi.
Meski sebelumnya tekanan jual sempat mendominasi pasar, penguatan ini menjadi sinyal positif bagi pelaku pasar bahwa investor mulai kembali percaya terhadap potensi saham domestik, terutama sektor-sektor berbasis komoditas.
Investor Asing Masih Aktif Melepas Saham, Tapi Ada Pengecualian
Dalam perdagangan tersebut, investor asing masih mencatatkan aksi jual bersih (net sell) di seluruh pasar dengan total mencapai Rp622,33 miliar. Rinciannya, sebesar Rp587,19 miliar terjadi di pasar reguler dan Rp35,14 miliar di pasar negosiasi serta tunai.
Meskipun tekanan jual asing masih berlanjut, ada pergerakan menarik di sejumlah saham tambang yang justru menjadi incaran pembelian oleh investor luar negeri.
Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun investor asing secara keseluruhan cenderung melepas aset, mereka tetap selektif dan melihat peluang di saham-saham yang memiliki prospek jangka panjang, terutama di sektor pertambangan emas dan energi.
Saham Tambang Jadi Primadona Asing
Sejumlah saham tambang mencatatkan pembelian bersih oleh investor asing dalam jumlah besar. Berdasarkan data perdagangan, PT Amman Mineral Internasional Tbk. (AMMN) menjadi saham yang paling banyak diborong dengan nilai Rp130,23 miliar.
Di posisi berikutnya ada PT Merdeka Gold Resources Tbk. (EMAS) dengan pembelian Rp54,64 miliar dan PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) sebesar Rp45,42 miliar.
Tak hanya itu, saham PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) juga mencatatkan pembelian asing sebesar Rp45,34 miliar, disusul PT Trimegah Bangun Persada Tbk. (NCKL) yang mencapai Rp44,62 miliar. Saham lain yang turut menjadi sasaran investor asing antara lain PT Barito Renewables Energy Tbk.
(BREN) Rp38,76 miliar, PT Energi Mega Persada Tbk. (ENRG) Rp28,23 miliar, PT Sumber Tani Agung Resources Tbk. (STAA) Rp24,59 miliar, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) Rp23,95 miliar, dan PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA) Rp23,47 miliar.
Kompaknya pembelian pada saham-saham tersebut memperlihatkan optimisme terhadap potensi sektor tambang Indonesia, terutama di tengah kondisi harga emas dunia yang masih berada di level tinggi.
Optimisme Pasar dan Prospek ke Depan
Kenaikan IHSG yang didorong oleh pergerakan saham tambang menunjukkan bahwa sektor ini masih menjadi penopang kuat di tengah dinamika ekonomi global. Banyak analis menilai, sentimen positif terhadap harga komoditas emas dan nikel menjadi faktor utama yang membuat investor asing melirik kembali saham-saham terkait.
Meskipun aksi jual asing masih membayangi, kinerja sektor pertambangan yang solid mampu menjadi bantalan bagi IHSG untuk tetap bertahan di zona hijau. Di sisi lain, minat asing terhadap saham-saham tambang menandakan keyakinan terhadap potensi jangka panjang industri sumber daya alam Indonesia.
Dengan likuiditas pasar yang tetap tinggi dan sentimen positif yang mulai terbentuk, prospek pergerakan IHSG ke depan masih terbuka untuk melanjutkan penguatan.
Para pelaku pasar kini menantikan apakah momentum pembelian asing di saham-saham tambang ini akan berlanjut dan menjadi sinyal pemulihan lebih luas di bursa saham Indonesia.