JAKARTA - Ahli gizi menekankan pentingnya kembali pada pola makan tradisional Asia yang seimbang.
Langkah kecil dan konsisten dalam memilih makanan alami menjadi kunci menjaga kesehatan pencernaan. Kebiasaan sederhana ini diyakini lebih efektif dibanding perubahan ekstrem gaya hidup modern.
Pentingnya Perubahan Kecil dan Konsisten
Ahli gizi Herbalife, Dr. Vipada Sae-Lao, mendorong masyarakat Asia untuk memprioritaskan langkah-langkah kecil dalam menjaga kesehatan tubuh. Ia menjelaskan bahwa upaya memperbaiki gaya hidup melalui perubahan ekstrem seringkali sulit dipertahankan dalam jangka panjang.
Menurutnya, hasil terbaik justru muncul dari kebiasaan sederhana yang dilakukan secara konsisten.
“Kesehatan yang lebih baik sering dimulai dari perubahan kecil yang praktis dan berkelanjutan. Semua berawal dari pusat tubuh kita, yaitu saluran pencernaan,” ujarnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa fokus pada inti kesehatan, yaitu pencernaan, dapat menjadi langkah awal yang lebih realistis bagi masyarakat modern yang sering sibuk.
Dr. Sae-Lao menekankan pentingnya memahami kebutuhan tubuh. Dengan mengenali sinyal yang diberikan tubuh dan memulai dari perubahan kecil, seseorang dapat mencapai hasil yang lebih optimal tanpa harus melakukan transformasi drastis.
Ini termasuk pemilihan makanan yang alami, mengatur pola makan, dan menjaga kualitas tidur serta hidrasi.
Langkah-langkah sederhana ini diyakini bisa memberikan dampak yang signifikan, terutama bila dilakukan secara konsisten. Konsistensi menjadi kunci utama untuk memastikan perubahan kecil tetap berkelanjutan dan mampu meningkatkan kesehatan pencernaan serta daya tahan tubuh secara keseluruhan.
Keunggulan Pola Makan Tradisional Asia
Dr. Sae-Lao menilai pola makan tradisional Asia memiliki manfaat luar biasa untuk mendukung kesehatan pencernaan. Pola makan ini kaya akan sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, makanan fermentasi, dan rempah alami yang semuanya bermanfaat bagi tubuh.
Makanan fermentasi seperti kimchi, miso, yogurt, dan kombucha disebut mampu meningkatkan imunitas tubuh, sementara rempah-rempah seperti jahe, kunyit, dan bawang putih berperan menjaga keseimbangan pencernaan.
Selain kandungan nutrisi yang tinggi, kebiasaan makan dengan penuh kesadaran menjadi bagian penting dari pola makan tradisional. Dr. Sae-Lao menekankan pentingnya mengunyah makanan perlahan, menikmati setiap suapan tanpa distraksi, dan menjaga kualitas tidur serta hidrasi tubuh. “Bukan perubahan drastis yang dibutuhkan, tetapi langkah kecil yang sadar dan konsisten,” tuturnya.
Pola makan tradisional tidak hanya membantu kesehatan pencernaan tetapi juga memengaruhi energi, metabolisme, dan kesejahteraan mental.
Dengan mengonsumsi makanan alami dan kaya serat, tubuh akan lebih mudah menyerap nutrisi yang dibutuhkan dan menjaga keseimbangan mikrobioma usus, yang menjadi fondasi penting bagi kesehatan secara menyeluruh.
Pergeseran Pola Makan dan Dampaknya
Dr. Sae-Lao menyoroti perubahan pola makan masyarakat Asia yang mulai bergeser dari tradisi lokal menuju konsumsi makanan cepat saji dan olahan. Pergeseran ini telah menimbulkan berbagai masalah kesehatan, termasuk keluhan pencernaan seperti perut kembung, asam lambung, hingga gangguan iritasi usus.
Masyarakat modern kerap memilih makanan praktis dan instan tanpa memperhatikan kualitas nutrisi. Akibatnya, konsumsi serat dan gizi penting menjadi jauh di bawah standar yang dianjurkan.
Dr. Sae-Lao mengingatkan bahwa pola makan yang kurang seimbang dapat memengaruhi mikrobioma usus dan memicu peradangan, yang jika dibiarkan akan berpotensi menyebabkan gangguan pencernaan kronis.
Hanya sebagian kecil masyarakat yang mengonsumsi buah dan sayur sesuai anjuran harian, sementara mayoritas masih di bawah standar yang direkomendasikan. Hal ini menunjukkan adanya kebutuhan mendesak untuk kembali ke pola makan tradisional yang kaya serat dan nutrisi alami, serta menekankan pentingnya kebiasaan makan yang sadar dan konsisten.
Dr. Sae-Lao juga menekankan perlunya masyarakat memahami bahwa kesehatan tubuh bukan sekadar soal memilih makanan tertentu, tetapi juga membangun pola makan yang menyeluruh, berkelanjutan, dan sejalan dengan kebutuhan tubuh.
Saluran Pencernaan sebagai “Otak Kedua”
Menurut Dr. Sae-Lao, saluran pencernaan kerap disebut sebagai “otak kedua” karena perannya yang sangat besar dalam memengaruhi sistem imun, energi, metabolisme, hingga kesehatan mental. Ketidakseimbangan nutrisi dapat merusak mikrobioma usus, meningkatkan risiko peradangan, dan berujung pada gangguan pencernaan yang serius.
Ia menekankan agar masyarakat mendengarkan kebutuhan tubuh dan kembali pada kebijaksanaan pangan tradisional. Dengan menerapkan pola makan yang seimbang, memprioritaskan makanan alami, dan melakukan kebiasaan makan dengan penuh kesadaran, tubuh akan dapat berfungsi optimal.
“Saluran pencernaan Anda dapat menjadi penunjuk jalan, cukup dengarkan baik-baik,” ujarnya.
Dr. Sae-Lao meyakini bahwa perubahan sederhana yang konsisten lebih efektif dibanding transformasi drastis. Dengan cara ini, masyarakat dapat meningkatkan kualitas hidup, mencegah gangguan pencernaan, dan menjaga kesehatan secara menyeluruh.
Memahami dan menghargai tradisi kuliner yang sehat adalah langkah nyata untuk menciptakan tubuh yang kuat, imunitas tinggi, dan kesejahteraan mental yang lebih baik.