JAKARTA - Langkah besar tengah disiapkan oleh Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara atau Danantara.
Lembaga pengelola investasi strategis pemerintah ini berencana menyalurkan dana hasil dividen BUMN ke pasar modal dalam jumlah besar. Sekitar Rp16 triliun dana segar akan digelontorkan untuk memperkuat kinerja dan likuiditas pasar saham domestik.
Fokus pada Instrumen Likuid dan Aman
Chief Investment Officer BPI Danantara, Pandu Patria Sjahrir, menyebut langkah ini merupakan bagian dari strategi jangka pendek dalam pengelolaan dana negara.
Menurutnya, Danantara memiliki waktu terbatas untuk menyalurkan investasi tersebut sehingga prioritas utama adalah instrumen yang cepat dan aman.
“Kami hanya punya waktu dua bulan, jadi harus memilih instrumen paling cepat dan likuid. Salah satunya pasar surat utang (bond market), dan kami juga tertarik masuk ke public market equity,” ujar Pandu.
Untuk tahap awal, Surat Berharga Negara (SBN) menjadi pilihan utama karena memiliki karakter yang aman dan likuid. Meski demikian, Pandu menegaskan bahwa penempatan dana pada SBN hanya bersifat sementara. “Untuk jangka panjang, investasinya akan dikombinasikan — antara pasar modal dan bond market,” tambahnya.
Danantara juga telah menyiapkan strategi untuk memperluas investasi ke saham-saham publik Indonesia. Namun, Pandu menyoroti rendahnya nilai transaksi harian di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang masih di bawah ekspektasi. “Nilainya harus ditingkatkan ke kisaran US$ 5–8 miliar per hari. Kita tidak boleh kalah dari India,” tegasnya.
Dukungan untuk Stabilitas dan Likuiditas Pasar
Berdasarkan data terkini BEI, nilai transaksi harian masih berada di sekitar US$ 988 juta. Kondisi ini menunjukkan perlunya dorongan tambahan agar pasar modal lebih bergairah. Danantara diharapkan dapat berperan sebagai liquidity provider untuk memperkuat fondasi pasar saham nasional.
Total dana investasi yang disiapkan mencapai US$ 10 miliar, dengan 5–10% atau setara Rp8,29 triliun–Rp16,58 triliun akan dialokasikan bagi pasar modal. Langkah ini dinilai strategis untuk menjaga kestabilan indeks harga saham gabungan (IHSG), yang saat ini bertahan di atas level 8.000.
Pada perdagangan terakhir, IHSG ditutup menguat 0,91% ke posisi 8.124,75, didorong oleh penguatan saham-saham unggulan.
Saham-saham perbankan pelat merah juga menunjukkan tren positif seiring optimisme pasar. BBNI tercatat naik 2,12%, BMRI menguat 0,99%, sementara BBRI naik 0,86%.
Kenaikan tersebut menandakan mulai pulihnya sentimen terhadap sektor keuangan nasional.
Pandangan Analis terhadap Strategi Investasi Danantara
Sejumlah analis pasar modal menilai langkah Danantara dapat membawa dampak besar bagi pasar ekuitas Indonesia. Pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia, Budi Frensidy, menilai bahwa penempatan dana ke saham akan lebih efektif dibandingkan sepenuhnya pada instrumen surat utang.
“Investasi di pasar saham bisa memperbesar transaksi harian dan menjaga indeks. Tapi idealnya, sebagian besar dana tetap diarahkan ke proyek riil yang punya efek berganda bagi masyarakat dan industri,” ujarnya.
Sementara itu, Ekky Topan, Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori, menilai komitmen Danantara sebagai liquidity provider akan memperkuat stabilitas pasar.
“Suntikan dana ini dapat membantu menjaga likuiditas dan meredam volatilitas, terutama di saham-saham besar,” jelasnya.
Namun ia menambahkan, efeknya terhadap IHSG kemungkinan bersifat stabilisasi, bukan pendorong utama kenaikan, karena faktor eksternal masih dominan memengaruhi arah pasar.
Menurut Muhammad Wafi, Head of Research KISI Sekuritas, dana jumbo dari Danantara menjadi modal penting bagi keberlanjutan pasar modal domestik. “Dampaknya mungkin tidak langsung mengerek indeks, tapi bisa menstabilkan harga saham sekaligus menarik minat investor institusi dan asing,” ujarnya.
Ia menambahkan, dana ini juga berpotensi memperkuat persepsi positif terhadap pasar Indonesia di mata global.
Sektor dan Saham yang Berpotensi Dilirik
Para analis juga memberikan pandangan mengenai sektor saham yang berpeluang menjadi sasaran investasi Danantara. Wafi memperkirakan saham BUMN konstruksi seperti WIKA dan ADHI berpotensi bangkit seiring dengan fokus Danantara terhadap proyek hijau
Selain itu, sektor energi seperti TPIA dan BRPT diyakini menjadi motor utama investasi, terutama di bidang transisi energi.
Analis dari Edvisor Provina Visindo, Indy Naila, turut menambahkan bahwa sektor perbankan dan energi terbarukan masih memiliki prospek cerah. Beberapa saham rekomendasinya antara lain BBRI dengan target harga Rp5.025, BMRI di kisaran Rp5.200, serta PGEO (energi terbarukan) dengan target Rp1.500.
Ia menilai, saham-saham tersebut memiliki fundamental kuat serta eksposur tinggi terhadap proyek-proyek strategis nasional.
Ekky Topan juga menyarankan investor untuk mulai mengakumulasi saham berfundamental solid yang terlibat dalam proyek strategis. Menurutnya, sektor energi, infrastruktur, dan hilirisasi mineral berpotensi menjadi fokus utama investor dalam jangka menengah hingga panjang.
“Sambil menunggu kejelasan realisasi proyek Danantara, investor bisa mengambil posisi jangka menengah hingga panjang,” katanya.
Langkah Danantara menyalurkan dana dividen BUMN ke pasar modal dipandang sebagai sinyal positif bagi ekonomi nasional. Selain memperkuat likuiditas, strategi ini berpotensi menarik lebih banyak investor asing dan menjaga stabilitas IHSG di tengah ketidakpastian global.
Jika terealisasi, injeksi dana hingga Rp16 triliun ini akan menjadi nafas baru bagi pasar saham Indonesia dalam mencapai target transaksi harian miliaran dolar yang diimpikan.