JAKARTA - Perdagangan nilai tukar rupiah menunjukkan tren menguat pada pembukaan hari ini, mencerminkan sentimen positif di pasar valas domestik.
Rupiah dibuka pada level Rp16.667 per dolar Amerika Serikat (AS), naik 0,13% dibandingkan penutupan sebelumnya. Kenaikan ini juga sejalan dengan pelemahan indeks dolar AS yang tercatat turun 0,22% ke 98,56, memberikan ruang bagi mata uang Asia untuk terapresiasi.
Beberapa mata uang regional turut menguat di awal perdagangan, seperti baht Thailand (+0,31%), ringgit Malaysia (+0,28%), yuan China (+0,09%), peso Filipina (+0,19%), hingga yen Jepang (+0,22%).
Penguatan ini menandai optimisme investor terhadap stabilitas pasar keuangan di kawasan Asia. Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi, menilai rupiah hari ini akan bergerak fluktuatif, dengan kisaran potensi penutupan antara Rp16.680 hingga Rp16.720 per dolar AS.
Faktor Global dan Domestik yang Memengaruhi Rupiah
Menurut Ibrahim, rupiah dipengaruhi oleh sentimen global dan domestik. Dari luar negeri, arah kebijakan moneter The Fed menjadi perhatian utama, terutama keputusan yang akan diambil sepanjang 2026.
Sementara dari dalam negeri, risiko muncul dari praktik lembaga keuangan non-bank yang memanfaatkan utang pemerintah negara maju sebagai aset dasar (underlying) untuk menciptakan produk derivatif kompleks.
Ibrahim menjelaskan, praktik ini berisiko tinggi karena dilakukan tanpa pengaturan margin dan permodalan memadai.
Ia menyinggung krisis 2008 sebagai pelajaran penting: kredit macet sektor properti di AS menumbangkan sejumlah korporasi besar, termasuk Lehman Brothers, karena perbankan mengumpulkan dana simpanan namun tidak menyalurkan dalam bentuk kredit.
Hal ini menjadi pengingat penting bagi pasar keuangan domestik agar tetap waspada terhadap risiko sistemik.
Kurs Dolar AS di Bank-Bank Besar Nasional
Nilai tukar dolar AS bervariasi di masing-masing bank besar. PT Bank Central Asia Tbk. (BCA) menetapkan harga beli Rp16.655 dan harga jual Rp16.675 per dolar AS, sedangkan berdasarkan TT counter, harga beli dan jual masing-masing Rp16.485 dan Rp16.785.
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BRI) mematok kurs e-rate Rp16.641 untuk beli dan Rp16.665 untuk jual, sementara TT counter berada pada Rp16.545 – Rp16.745 per dolar AS.
Bank Mandiri menetapkan kurs special rate Rp16.635 untuk beli dan Rp16.665 untuk jual, serta TT counter dan bank notes masing-masing Rp16.450 – Rp16.750.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) memasang special rate Rp16.649 – Rp16.679, sedangkan TT counter dan bank notes berada pada Rp16.515 – Rp16.815 per dolar AS.
Variasi kurs ini menunjukkan adanya perbedaan harga di berbagai kanal transaksi, mencerminkan fleksibilitas pasar domestik yang responsif terhadap kondisi global dan permintaan likuiditas.
Prospek Rupiah di Tengah Dinamika Pasar
Meski rupiah dibuka menguat, penguatan ini bersifat sementara dan diperkirakan akan mengalami fluktuasi sepanjang hari. Menurut analis, pasar tetap memperhatikan risiko eksternal dan internal, termasuk sentimen global, kondisi ekonomi AS, serta peraturan lembaga keuangan non-bank.
Stabilitas rupiah menjadi penting untuk menjaga daya beli masyarakat, kelancaran perdagangan internasional, dan kepercayaan investor. Para pelaku pasar dianjurkan tetap waspada, mengingat volatilitas dapat meningkat jika terdapat berita kebijakan moneter dari AS atau perkembangan risiko kredit di dalam negeri.
Dengan penguatan awal rupiah, beberapa peluang transaksi valas menjadi lebih menarik bagi importir dan eksportir yang memanfaatkan fluktuasi kurs. Investor juga dapat memantau tren penguatan untuk strategi lindung nilai (hedging) agar risiko mata uang lebih terkelola.
Secara keseluruhan, meski tekanan global tetap ada, kondisi saat ini memberikan indikasi bahwa rupiah mampu menunjukkan daya tahan, sementara bank-bank besar menyediakan opsi kurs yang kompetitif untuk kebutuhan transaksi domestik maupun internasional.