JAKARTA - Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) optimistis target penerimaan kepabeanan dan cukai untuk tahun 2026 tetap dapat dicapai, meski tarif Cukai Hasil Tembakau (CHT) dipastikan tidak mengalami kenaikan.
Optimisme ini muncul karena adanya peningkatan permintaan pita cukai dari pelaku usaha, yang menunjukkan keyakinan sektor industri terhadap prospek bisnis tahun depan.
Direktur Komunikasi dan Bimbingan Pengguna Jasa Bea Cukai, Nirwala Dwi Heryanto, menjelaskan bahwa jumlah permintaan pita cukai pada awal 2026 melonjak jauh di atas rata-rata bulanan tahun ini. Hal ini menunjukkan antusiasme pelaku usaha untuk memulai tahun baru dengan kesiapan produksi yang lebih baik.
Pada 2025, total pita cukai yang dicetak mencapai sekitar 117 juta lembar, dengan rata-rata 14 juta lembar per bulan. Namun, pada awal 2026, angka cetak pita cukai meningkat drastis menjadi 24 juta lembar. Lonjakan ini mencerminkan optimisme pelaku usaha yang menilai prospek industri rokok akan lebih positif.
Tren Musiman Permintaan Cukai
Meskipun permintaan pita cukai melonjak di awal tahun, DJBC mencatat bahwa pola permintaan biasanya mengikuti tren musiman industri rokok. Nirwala menjelaskan bahwa di awal tahun permintaan cenderung meningkat karena produsen mempersiapkan stok awal tahun.
Menjelang Lebaran, biasanya terjadi penurunan permintaan, diikuti kenaikan kembali hingga akhir tahun.
Pola musiman ini menjadi acuan bagi DJBC dalam merencanakan distribusi pita cukai, sehingga pasokan tetap tersedia sesuai kebutuhan produsen. Dengan pemahaman tren musiman, Bea Cukai dapat memastikan proses logistik pita cukai berjalan lancar tanpa hambatan.
Peningkatan permintaan pita cukai juga menunjukkan kesiapan pelaku usaha menghadapi tantangan tahun depan. Optimisme ini penting agar industri rokok tetap stabil, mendukung pencapaian target penerimaan, sekaligus menjaga keberlanjutan bisnis produsen dan pabrikan kecil yang mengandalkan pasokan cukai tepat waktu.
Strategi Bea Cukai Dalam Mendukung Penerimaan
Untuk memastikan target penerimaan cukai tercapai, DJBC menekankan strategi distribusi pita cukai yang tepat dan efisien. Bea Cukai terus mengoptimalkan proses pencetakan, pengiriman, dan monitoring, agar seluruh pita cukai dapat diterima pelaku usaha secara tepat waktu.
Selain itu, DJBC memperkuat bimbingan dan komunikasi kepada pengguna jasa, memastikan seluruh pelaku usaha memahami prosedur pengadaan pita cukai dengan benar. Pendekatan ini penting untuk menghindari kesalahan administrasi atau keterlambatan yang dapat menghambat produksi.
Bea Cukai juga terus memantau tren industri rokok, mengantisipasi fluktuasi permintaan, serta menyiapkan stok tambahan jika dibutuhkan. Langkah-langkah ini sekaligus mendukung target penerimaan negara dari sektor cukai tanpa mengganggu operasional industri.
Optimisme Penerimaan Cukai di Tahun Depan
DJBC melihat tren awal permintaan pita cukai sebagai indikator optimisme pelaku usaha. Lonjakan pita cukai pada Januari 2026 menjadi sinyal positif bahwa target penerimaan cukai tahun depan realistis dan dapat dicapai, meski tarif CHT tetap stabil.
Nirwala menegaskan bahwa optimisme ini perlu dijaga melalui koordinasi yang baik antara DJBC, pelaku industri, dan pemerintah. Dengan pola distribusi yang tepat, kesiapan logistik, dan komunikasi efektif, penerimaan cukai dapat tetap stabil sepanjang tahun.
Selain itu, meningkatnya permintaan pita cukai juga mencerminkan keyakinan industri terhadap pertumbuhan ekonomi domestik. Pelaku usaha bersiap menghadapi peluang dan tantangan 2026, sehingga produksi dapat berjalan lancar tanpa hambatan.
Kesiapan ini menjadi faktor penting dalam menjaga aliran penerimaan negara dari sektor cukai, mendukung program fiskal, dan memastikan stabilitas industri rokok nasional.
Dengan strategi yang matang, distribusi yang terencana, dan kesiapan pelaku usaha, Bea Cukai optimistis penerimaan dari pita cukai akan mencapai target pada 2026.
Lonjakan permintaan pita cukai pada awal tahun menjadi bukti nyata bahwa industri siap menghadapi tahun baru dengan optimisme, produktivitas, dan kontribusi signifikan terhadap penerimaan negara.
